Wakil Ketua DPRD Samarinda Soroti Relokasi Pasar Subuh

UpdateIKN.com, Samarinda – Wakil Ketua DPRD Samarinda, Ahmad Vananza, angkat bicara terkait polemik relokasi Pasar Subuh Samarinda yang belakangan ini memicu perhatian publik.
Vananza menegaskan bahwa pendekatan yang digunakan oleh pihak terkait, khususnya Satpol PP, dalam proses penertiban dan relokasi seharusnya dilakukan secara persuasif, bukan dengan cara-cara yang dinilai represif.
“Seluruh anggota dewan, baik unsur pimpinan maupun komisi, menyayangkan cara relokasi Pasar Subuh Samarinda yang terkesan memaksa. Kami tidak menolak rencana pemerintah, tapi pendekatannya harus mengedepankan dialog dan hati nurani,” ujarnya.
Dia menyampaikan bahwa banyak hati masyarakat yang terluka akibat tindakan yang terjadi di lapangan.
“Fisik mungkin tidak banyak yang terdampak, tetapi luka secara emosional itu lebih dalam. Kalau memang pedagang dianggap melanggar, ya gunakan jalur hukum, bukan kekerasan,” tegasnya.
Vananza mengaku telah menerima laporan langsung dari pedagang sehari sebelum pembongkaran dilakukan. Bahkan dirinya telah turun ke lapangan pada subuh hari, berharap ada penundaan sementara demi menciptakan dialog yang lebih baik.
“Saya hadir langsung tanggal 9 Mei pagi, berharap pembongkaran bisa ditunda. Tapi sebelum saya bicara, petugas sudah masuk. Padahal pedagang hanya tersisa beberapa saja, kenapa harus dikerahkan kekuatan sebesar itu?,” imbuhnya.
Ahmad Vananza menyayangkan kurangnya komunikasi antara Pemkot dan para pedagang.
“Pak Marnabas menyebut sudah satu setengah tahun menjalin komunikasi, tapi faktanya banyak pedagang merasa tidak pernah diajak bicara secara langsung. Ini perlu diluruskan,” katanya.
Menurutnya, jika pendekatan dilakukan dari hati ke hati, para pedagang sebenarnya bersedia pindah.
“Yang penting ada komunikasi terbuka. Kalau memang tujuan pemerintah baik, harusnya bisa dikawal dengan cara yang baik juga,” pungkasnya. (Putri/ADV)