QRIS Makin Populer, Ekonomi Digital Kaltim Tumbuh Pesat

UpdateIKN.com, Samarinda – Transformasi sistem pembayaran di Kalimantan Timur (Kaltim) semakin terasa dengan meningkatnya adopsi pembayaran digital berbasis Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS).
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kaltim, Budi Widihartanto, mengatakan, tren penggunaan QRIS terus menunjukkan peningkatan, baik dari sisi pengguna maupun merchant yang bertransaksi dengan sistem pembayaran ini.
“Kami melihat pertumbuhan yang cukup baik dalam adopsi QRIS di Kalimantan Timur. Masyarakat semakin sadar akan manfaat transaksi digital yang lebih cepat, aman, dan efisien,” ujarnya dalam acara Temu Media, baru-baru ini.
Berdasarkan data BI Kaltim, jumlah pengguna QRIS pada Januari 2025 mencapai 797,2 ribu, meningkat dari bulan sebelumnya yang mencatat 794,5 ribu pengguna.
Sementara itu, jumlah merchant yang menerima pembayaran melalui QRIS juga naik menjadi 611,0 ribu, dibandingkan bulan sebelumnya yang hanya 585,6 ribu.
Menurut Budi Widihartanto, peningkatan ini merupakan hasil dari berbagai program edukasi dan sosialisasi yang dilakukan oleh Bank Indonesia bersama pelaku usaha dan pemerintah daerah.
Meskipun terjadi pertumbuhan pada penggunaan QRIS, BI Kaltim mencatat transaksi sistem pembayaran non-tunai lainnya mengalami perlambatan. Nominal transaksi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) dan Real Time Gross Settlement (RTGS) di Kaltim terkontraksi sebesar 8,6 persen (year-on-year/yoy), sementara volume transaksinya turun 9,4 persen (yoy).
Namun, di tengah perlambatan transaksi non-tunai secara keseluruhan, transaksi menggunakan QRIS justru mengalami lonjakan. Hal ini menunjukkan pergeseran kebiasaan masyarakat dalam bertransaksi, di mana pembayaran berbasis QR code semakin diminati, dibanding metode konvensional lainnya.
Budi Widihartanto menyebut, QRIS memberikan kemudahan bagi pengguna dan pelaku usaha. Tanpa perlu membawa uang tunai atau kartu, transaksi bisa dilakukan hanya dengan memindai kode QR melalui ponsel.
“Sistem pembayaran digital seperti QRIS ini sangat membantu, terutama bagi pelaku UMKM, karena tidak perlu menyediakan uang kembalian dan lebih aman dari risiko uang palsu,” terangnya.
Sementara itu, BI Kaltim juga mencatat, peredaran uang kartal di wilayah Benua Etam masih cukup tinggi. Pada Januari 2025, posisi net inflow tercatat sebesar Rp1,8 triliun, yang menunjukkan bahwa penggunaan uang fisik masih bertahan di beberapa sektor ekonomi.
Namun, seiring dengan peningkatan transaksi digital, Budi Widihartanto meyakini, bahwa jumlah peredaran uang tunai akan semakin berkurang dalam beberapa tahun mendatang.
“Meskipun uang kartal masih beredar cukup besar, kami optimis masyarakat akan semakin terbiasa dengan pembayaran digital. Ke depan, BI akan terus mendorong digitalisasi sistem pembayaran untuk meningkatkan efisiensi ekonomi,” katanya.
Melihat tren pertumbuhan ini, BI Kaltim berkomitmen untuk terus mendorong penggunaan QRIS sebagai bagian dari transformasi ekonomi digital. Program edukasi dan sosialisasi akan terus digalakkan, terutama kepada sektor UMKM dan masyarakat yang belum tersentuh layanan perbankan.
“Kami berharap semakin banyak masyarakat yang memahami manfaat transaksi digital dan beralih menggunakan QRIS. Ini akan mendukung percepatan inklusi keuangan, serta pertumbuhan ekonomi berbasis digital di Kalimantan Timur,” tutupnya. (End)