Gerabah Banyumulek Menembus Global

UpdateIKN.com, Lombok – Desa Banyumulek, Kecamatan Kediri, Kabupaten Lombok Barat, telah lama dikenal sebagai salah satu sentra produksi gerabah terbesar di Pulau Lombok.
Dengan metode tradisional dan kreativitas tinggi, gerabah khas dari tanah liat ini kini mampu menembus pasar global, menghasilkan omset hingga Rp50 juta setiap kali ekspor. UD Berkat Sabar, salah satu usaha unggulan di Banyumulek, menjadi bukti nyata keberhasilan tersebut.
Kerajinan gerabah dari Banyumulek tidak sekadar produk, melainkan juga karya seni yang mencerminkan kearifan lokal. Salah satu produk ikoniknya adalah kendi maling, teko unik yang cara pengisiannya dilakukan dari bagian bawah.
Menurut Haeniatun (43), pemilik UD Berkat Sabar, kendi maling ini banyak diburu wisatawan lokal maupun mancanegara, karena keunikan dan nilai historisnya.
“Kendi maling ini punya daya tarik khusus karena desain dan cara penggunaannya yang unik, seperti nama maling yang masuk secara tidak biasa,” terangnya.
Selain kendi maling, UD Berkat Sabar juga memproduksi berbagai jenis gerabah lainnya seperti guci batik, lapik gelas, dan bakul nasi yang tersedia dalam berbagai ukuran dan harga beragam. Seperti Kendi maling dijual mulai Rp350 ribu per set, hingga yang termahal Guci batik Rp4 juta per buah.
Keunikan gerabah Banyumulek juga terletak pada proses pembuatannya yang masih menggunakan metode tradisional. Tanah liat yang digunakan didatangkan dari Gunung Sasak di Lombok Selatan, karena kekuatannya yang unggul dibanding tanah liat biasa.
Proses pembuatannya diawali dengan pembentukan tanah liat menggunakan meja putar dan teknik tangan yang sudah dibasahi air. Setelah itu, gerabah dihias dengan pisau pahat atau lidi untuk menciptakan motif. Produk yang setengah jadi kemudian diangin-anginkan hingga kering, sebelum akhirnya dibakar dalam tungku sekam padi untuk mencapai ketahanan optimal.
UD Berkat Sabar kini memasarkan produk gerabahnya ke berbagai negara seperti Australia, Jerman, Italia, dan Belanda. Kendati pandemi sempat menghambat ekspor, Haeniatun optimis permintaan pasar internasional akan terus meningkat.
“Sebelum pandemi, ekspor bisa dilakukan setiap tiga bulan sekali. Sekarang kami ekspor setiap enam bulan, tapi alhamdulillah tetap ada permintaan,” ungkapnya.
Haeniatun mengakui, keberhasilan usaha ini tidak terlepas dari inovasi desain dan konsistensi kualitas produk.
Selain menjadi pusat produksi gerabah, Desa Banyumulek juga merupakan destinasi wisata edukasi. Pengunjung dapat melihat langsung proses pembuatan gerabah dari awal hingga akhir, serta membeli produk unik sebagai oleh-oleh khas Lombok.
Desa ini juga didukung oleh program pemerintah dan institusi seperti Bank Indonesia yang menggelar kegiatan Capacity Building. Program ini bertujuan meningkatkan pemahaman para wartawan ekonomi mengenai potensi UMKM lokal seperti UD Berkat Sabar.
Dukungan Bank Indonesia untuk UMKM
Dalam kegiatan yang berlangsung pada 4-6 Desember 2024, Bank Indonesia Perwakilan Kalimantan Timur mengajak para wartawan mengunjungi Banyumulek untuk melihat potensi UMKM secara langsung. Para peserta diajak memahami bagaimana produk lokal seperti gerabah dapat menjadi komoditas unggulan yang mampu bersaing di pasar internasional.
“Sinergi antara pelaku UMKM, pemerintah, dan lembaga seperti Bank Indonesia sangat penting untuk mendorong produk lokal menuju pasar global,” ujar Asisten Direktur BI Kaltim, Iwan Kurniawan.
Keberhasilan UD Berkat Sabar menjadi inspirasi bagi pengrajin lainnya di Indonesia. Namun, tantangan tetap ada, terutama dalam mempertahankan kualitas, memenuhi permintaan pasar, dan memperluas jaringan pemasaran.
Dengan dukungan penuh dari berbagai pihak, masa depan gerabah Banyumulek sebagai warisan budaya yang mendunia semakin cerah. (End)