UpdateIKN.com, Samarinda –   Kota minyak yang sempat dihantui kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertamax kini sudah kembali normal. Masyarakat diminta untuk tidak panik dan tetap percaya terhadap sistem distribusi energi nasional yang tengah menjalani proses perbaikan dan pengawasan mutu yang lebih ketat.

Gubernur Kalimantan Timur, Rudi Mas’ud, menjelaskan secara terbuka dan lugas apa yang sebenarnya terjadi di balik kelangkaan sementara tersebut.

“Perlu dipahami bersama bahwa kelangkaan BBM bukan karena krisis pasokan atau kekurangan secara nasional, tetapi murni karena adanya prosedur quality control yang harus dijalankan dengan ketat oleh Pertamina,” ujarnya, Senin (26/5/2025).

Dikatakannya, saat ini Indonesia telah berhasil tidak lagi mengimpor jenis bahan bakar solar. Ini merupakan capaian besar bagi kemandirian energi nasional. Namun untuk jenis gasoline  yang terdiri dari Pertalite, Pertamax, dan Pertamax Turbo, Indonesia masih mengandalkan impor dari luar negeri. Artinya, distribusi gasoline di seluruh wilayah Indonesia, termasuk Balikpapan, masih sangat tergantung pada kelancaran impor dan proses penyesuaian mutu setelah bahan bakar tiba di pelabuhan.

Menurut Rudi Mas’ud, dalam kasus Balikpapan, yang dikenal sebagai kota minyak, kelangkaan yang terjadi bukan karena tidak adanya pasokan.

“Kargonya sudah masuk ke pelabuhan Balikpapan, hanya saja ketika dicek kualitasnya, bahan bakar tersebut belum sesuai dengan spesifikasi Pertamina. Istilahnya off-spec, artinya belum memenuhi standar distribusi,” terangnya.

Rudi Mas’ud mengatakan, sebagai bentuk tanggung jawab dan komitmen terhadap kualitas BBM yang beredar di masyarakat, Pertamina tidak serta-merta langsung mendistribusikan BBM tersebut.

Pertamina harus menjalankan tahap koreksi dan pengujian ulang hingga bahan bakar tersebut memenuhi standar atau on-spec. Di sinilah peran penting Quality Control (QQ) Pertamina. Jika hasil uji mutu tidak sesuai, maka bahan bakar tidak boleh didistribusikan ke SPBU.

“Saya tegaskan, tidak ada yang ditutupi. Ini soal transparansi proses dan kepatuhan pada standar mutu,” katanya.

Untuk mengantisipasi kekosongan sementara, pasokan Pertamax ke Balikpapan dialihkan sementara dari Kota Baru dan Banjarmasin. Namun tentu saja proses ini memakan waktu karena distribusi antar kota memerlukan pengapalan, dan itu memakan waktu paling cepat 24 jam.

“Jadi yang membuat keterlambatan itu adalah proses pemindahan dan pengangkutan dari kota lain, bukan karena Balikpapan kehabisan bahan bakar. Ini langkah cepat yang kami ambil agar masyarakat tetap bisa mengakses BBM walaupun harus menunggu sedikit lebih lama,” imbuhnya. (Ramadhani/Par)

Iklan