UpdateIKN.com, Jakarta –   Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus sebesar 4,42 miliar dolar AS pada November 2024, meningkat signifikan dibandingkan Oktober 2024 yang hanya mencapai 2,48 miliar dolar AS.

Surplus ini menjadi sinyal positif bagi ketahanan ekonomi Indonesia, terutama dalam menopang sektor eksternal.

Bank Indonesia memastikan akan terus memperkuat sinergi kebijakan dengan pemerintah dan otoritas lain, demi mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Ramdan Denny Prakoso, menegaskan, surplus ini mencerminkan kinerja ekspor yang solid, terutama di sektor nonmigas.

“Perkembangan positif ini penting untuk memperkuat ketahanan eksternal dan mendukung stabilitas ekonomi,” ujarnya dalam keterangan tertulis.

Surplus neraca perdagangan yang lebih tinggi pada November 2024, terang dia, didorong oleh peningkatan neraca perdagangan nonmigas yang mencatat surplus sebesar 5,67 miliar dolar AS, naik dari 4,80 miliar dolar AS pada bulan sebelumnya.

“Ekspor nonmigas mencapai 22,69 miliar dolar AS, didukung oleh komoditas berbasis sumber daya alam seperti nikel, besi, dan baja, serta produk manufaktur seperti mesin dan peralatan mekanis,” terangnya.

Berdasarkan negara tujuan, Tiongkok, Amerika Serikat, dan India tetap menjadi pasar utama ekspor nonmigas Indonesia. Ketiga negara ini memberikan kontribusi signifikan terhadap kinerja ekspor nasional, mencerminkan pentingnya diversifikasi pasar yang strategis.

Sementara itu, defisit neraca perdagangan migas tercatat menurun menjadi 1,25 miliar dolar AS pada November 2024. Penurunan ini terjadi seiring dengan berkurangnya impor migas yang lebih besar dibandingkan penurunan ekspor migas. Kondisi ini turut mendukung perbaikan struktur perdagangan migas Indonesia secara keseluruhan.

Bank Indonesia memandang kinerja positif ini sebagai momentum strategis untuk memperkuat ketahanan ekonomi, terutama dalam menghadapi dinamika global yang penuh tantangan.

“Dengan sinergi kebijakan yang solid antara berbagai pihak, surplus neraca perdagangan diharapkan dapat terus menopang stabilitas ekonomi dan mendorong pertumbuhan yang inklusif,” kata Ramdan.

Dia menambahkan, di tengah persaingan global yang semakin ketat, kinerja ekspor Indonesia yang mengandalkan sumber daya alam dan produk manufaktur menjadi pilar utama. Dengan mempertahankan surplus neraca perdagangan, Indonesia memiliki peluang besar untuk memperkuat posisi di pasar internasional. (**/Par)

Iklan