UpdateIKN.com, Samarinda  – Remaja sering kali menghadapi tekanan emosional yang rentan memicu upaya bunuh diri (Bundir). Menurut Patria Rahmawaty, pengurus IPK Himpsi Kaltim, memahami faktor psikologis dan mengenali tanda awal sangat penting untuk mencegah hal ini terjadi.

Dalam pandangannya, orang tua harus memiliki peran aktif dalam membangun komunikasi dengan anak mereka sejak dini, memastikan mereka merasa nyaman untuk berbicara dan tidak mencari “jalan pintas” ketika menghadapi masalah.

Sebagai seorang psikolog, Patria menekankan pentingnya perhatian orang tua terhadap tanda-tanda awal yang mungkin muncul.

“Biasanya remaja yang mengalami depresi cenderung menarik diri, membatasi pergaulan, dan malas beraktivitas. Mereka sering kali merasa tidak ada yang peduli atau membantu ketika menghadapi masalah, hingga akhirnya putus asa,” jelasnya.

Di tengah era digital seperti saat ini, faktor media sosial juga turut mempengaruhi peningkatan kasus bunuh diri, di mana remaja bisa terpapar konten yang malah memberikan contoh buruk daripada edukasi yang positif.

Keluarga dan lingkungan sosial sangat berperan dalam membantu mencegah upaya bunuh diri di kalangan remaja.

“Keberadaan teman dan lingkungan yang mendukung sangat besar pengaruhnya,” lanjut Patria.

Apabila remaja menemukan lingkungan yang positif, mereka cenderung merasa lebih nyaman dan aman untuk berbagi cerita. Namun, jika mereka bertemu dengan lingkungan yang kurang mendukung, hal itu bisa memperburuk keadaan.

Masalah dalam keluarga, seperti kurangnya perhatian atau komunikasi yang buruk, juga sering kali menjadi faktor pendorong. Beberapa remaja merasa tidak memiliki tempat yang nyaman untuk bercerita, terutama jika mereka dihadapkan pada tekanan akademik atau ekspektasi kompetensi diri yang tinggi. Tuntutan ini bisa membuat mereka terjebak dalam situasi di mana mereka merasa sendirian dan tidak ada solusi.

Patria menjelaskan bahwa ada beberapa tanda awal yang harus diperhatikan oleh keluarga.

“Remaja yang sering menyendiri, mudah tersinggung, dan kehilangan minat pada aktivitas biasanya sedang menghadapi masalah emosional yang serius,” ujarnya.

Jika tanda-tanda ini dibiarkan, risiko upaya bunuh diri dapat meningkat. Mereka yang merasa tidak ada yang mendukung, atau yang tidak mampu mengelola emosinya dengan baik, mungkin akan mencari solusi cepat yang berbahaya.

Penting juga bagi sekolah untuk memainkan peran mereka dalam mendidik karakter dan kesehatan mental anak-anak. Sekolah yang memiliki program dukungan mental bagi siswanya dapat membantu mengurangi angka upaya bunuh diri.

Di sisi lain, media sosial memiliki dampak ganda, di satu sisi, ia bisa menjadi sarana edukasi, tetapi di sisi lain, konten yang tidak tepat bisa memicu perilaku negatif pada remaja.

Patria menekankan pentingnya stabilitas emosi dan bagaimana peran orang tua serta lingkungan bisa membantu anak-anak melewati masa-masa sulit.

“Perempuan biasanya cenderung overthinking, tetapi baik perempuan maupun laki-laki memiliki potensi yang sama untuk rentan secara emosional. Stabilitas emosi yang baik adalah kuncinya,” katanya.

Untuk mencegah upaya bunuh diri, Patria menyarankan agar dilakukan intervensi psikologis secara tepat. Psikolog akan menggali lebih dalam perasaan dan pikiran remaja yang mengalami masalah, serta mencoba menemukan penyebab mendasar dari masalah tersebut.

“Kita tidak boleh tertipu oleh kesan awal. Setelah melakukan identifikasi masalah, kita akan menentukan treatment yang sesuai,” tandasnya. (End/Par)

Iklan