Sungai Jadi Solusi Kemacetan dan Krisis Air Bersih di Samarinda

UpdateIKN.com, Samarinda – Komisi III DPRD Samarinda tengah mendorong inisiatif besar untuk menjadikan sungai sebagai sistem transportasi alternatif di Kota Tepian. Langkah ini dipandang strategis untuk mengurangi kemacetan sekaligus menjaga ketersediaan air bersih bagi masyarakat.
Anggota Komisi III DPRD Samarinda, Abdul Rohim, menegaskan bahwa saat ini pihaknya sedang mengkaji potensi sungai sebagai jalur transportasi massal. Menurutnya, selama ini transportasi di Samarinda terlalu bergantung pada jalur darat, yang membuat kemacetan kian parah.
“Salah satu yang sedang kita dorong adalah menjadikan sungai sebagai sistem transportasi. Selama ini kita terlalu mengandalkan sisi darat,” kata Abdul Rohim.
Dengan memanfaatkan sungai, terutama Sungai Mahakam dan Daerah Aliran Sungai (DAS) Karang Mumus, diharapkan dapat membuka opsi baru dalam mobilitas warga. Selain mengurangi beban lalu lintas, pemanfaatan sungai juga akan mendukung pengembangan wisata bahari di Samarinda.
“Ini juga bisa menjadi opsi wisata bahari. Ada upaya untuk revitalisasi sungai, baik untuk kebutuhan transportasi maupun untuk kebutuhan wisata,” ujarnya.
Selain aspek transportasi dan pariwisata, pemanfaatan sungai juga membawa dampak positif terhadap pelestarian lingkungan. Abdul Rohim menilai, jika sungai dimanfaatkan secara optimal, perhatian masyarakat dan pemerintah terhadap kebersihan sungai akan meningkat.
Menurutnya, sungai adalah aset strategis yang juga berperan penting sebagai sumber air baku. Saat sungai tercemar atau mengalami sedimentasi akibat sampah, hal ini bisa mengancam pasokan air bersih di masa depan.
“Sekarang mungkin belum terasa, tapi dalam 5-10 tahun ke depan, kita bisa menghadapi krisis air bersih,” ujarnya.
Abdul Rohim mengungkapkan, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) pun telah mulai mengeluhkan menurunnya deposit air di Bendungan Benanga, yang selama ini menjadi andalan pasokan air bersih di Samarinda.
“PDAM aja sudah mulai mengeluhkan soal deposit air yang ada di Bendungan Benanga. Yang mestinya keperluannya sekian, tapi saat ini yang bisa terpenuhi sekian. Itu sudah berkurang,” tuturnya.
Pemanfaatan sungai sebagai transportasi air dan sarana wisata bahari di Samarinda dinilai bukan hanya solusi jangka pendek atas kemacetan, tetapi juga langkah preventif menghadapi potensi krisis air bersih. Komisi III berharap inisiatif ini mendapatkan dukungan lintas sektor, mulai dari pemerintah kota, pemangku kepentingan lingkungan, hingga masyarakat.
Dengan perencanaan matang dan eksekusi yang terarah, revitalisasi sungai di Samarinda diharapkan mampu mengubah wajah kota menjadi lebih bersih, lancar, dan berkelanjutan. (Melani/ADV/DPRD Samarinda)