Inflasi Terkendali, Deflasi Oktober di Kaltim Didorong Melimpahnya Pangan

Ilustrasi Petani sayur memanen hasil kebunnya. (Istimewa)

UpdateIKN.com, Samarinda  – Indeks Harga Konsumen (IHK) Kalimantan Timur pada Oktober 2024 mencatat deflasi sebesar 0,16 persen secara bulanan (mtm), setelah sebelumnya mengalami inflasi pada September.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Timur, Budi Widihartanto, menjelaskan, kondisi ini dipengaruhi oleh melimpahnya pasokan pangan, terutama sayur mayur seperti kangkung, bayam, dan cabai rawit, yang masuk dalam masa panen di beberapa wilayah Kaltim.

Di samping itu, penurunan harga bahan bakar minyak (BBM), serta normalisasi permintaan pasca berbagai acara nasional dan lokal turut memperkuat penurunan harga di wilayah Kaltim.

Lebih rinci, Budi Widihartanto menjelaskan, secara tahunan, inflasi Kaltim tercatat sebesar 1,75 persen (yoy) atau 1,08 persen (ytd), tetap dalam rentang target nasional 2,5 ± 1 persen.

“Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau menjadi kontributor utama inflasi tahunan ini, meskipun pada bulan Oktober, sektor yang sama justru menyumbang deflasi sebesar 0,24 persen,” terangnya.

Dia menyebut, deflasi pada sektor pangan di Kaltim ini juga didorong oleh kondisi panen yang baik, terutama komoditas seperti ikan layang, sawi hijau, dan beras.

Namun, deflasi lebih lanjut tertahan oleh kelompok Penyediaan Makanan dan Minuman/Restoran, serta Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya, yang mengikuti kenaikan harga emas secara global.

“Kondisi ini menandakan walaupun harga pangan turun, faktor lain tetap memberikan andil pada tekanan inflasi,” katanya.

Dalam menjaga stabilitas inflasi, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) se-Kaltim terus menjalankan berbagai program pengendalian melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).

Langkah ini bertujuan memastikan ketersediaan pasokan dan akses pangan yang stabil, sekaligus mendukung kesejahteraan petani. Upaya yang dilakukan TPID meliputi bantuan mekanisasi pertanian, penyediaan pupuk, dan infrastruktur pertanian yang lebih baik bagi para petani di seluruh wilayah Kalimantan Timur.

TPID juga fokus menjaga keterjangkauan harga melalui monitoring dan stabilisasi harga untuk komoditas-komoditas yang berpotensi menyebabkan inflasi.

Di sisi distribusi, TPID Kaltim meningkatkan konektivitas antar-daerah dan jalan tani di wilayah sentra pangan, guna menjamin kelancaran distribusi pangan ke masyarakat luas. Tak hanya itu, sosialisasi mengenai diversifikasi pangan semakin digalakkan, demi mendukung ketahanan pangan dan mengurangi ketergantungan pada komoditas tertentu.

“Ke depan, TPID Provinsi Kaltim akan terus berkolaborasi dalam menjalankan program pengendalian inflasi dengan strategi 4K, yaitu keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif,” ujar Budi.

Selain itu, TPID juga akan mendukung berbagai strategi yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan petani di Kalimantan Timur, memastikan mereka tetap sejahtera sekaligus berkontribusi dalam menjaga stabilitas pangan.

“Dengan pendekatan strategis ini, Kaltim diharapkan dapat mempertahankan kestabilan harga, serta mengurangi beban inflasi sekaligus memberikan dukungan pada sektor pertanian sebagai fondasi utama ketahanan pangan daerah,” tutup Budi Widihartanto. (End/Par)

Iklan