Inflasi Kaltim Terkendali, Budi Widihartanto: Stabilitas Harga Jadi Kunci Pertumbuhan

UpdateIKN.com, Samarinda – Kinerja pengendalian inflasi Kalimantan Timur (Kaltim) kembali menunjukkan hasil positif pada Agustus 2025. Berdasarkan data Bank Indonesia, Provinsi Kaltim berhasil mencatat deflasi sebesar -0,40 persen (mtm) dengan inflasi tahunan terjaga di angka 1,79 persen (yoy), serta inflasi tahun kalender sebesar 1,51 persen (ytd).
Angka ini bukan hanya lebih rendah dari realisasi inflasi nasional yang mencapai 2,31 persen (yoy), tetapi juga masih berada dalam sasaran inflasi nasional di level 2,5 ± 1 persen.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kaltim, Budi Widihartanto, menegaskan capaian ini merupakan bukti nyata sinergi antara Bank Indonesia, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), dan pemerintah daerah dalam menjaga stabilitas harga.
“Deflasi pada Agustus 2025 menunjukkan bahwa upaya pengendalian inflasi Kaltim berjalan efektif. Kolaborasi seluruh pihak terbukti mampu mengendalikan gejolak harga meski kondisi ekonomi global masih penuh ketidakpastian,” ujarnya.
Deflasi yang terjadi bulan lalu utamanya ditopang oleh turunnya tarif transportasi udara seiring meningkatnya frekuensi penerbangan. Selain itu, panen raya pada komoditas hortikultura seperti tomat dan cabai rawit juga berperan besar dalam menurunkan harga di kelompok makanan, minuman, dan tembakau. Namun demikian, penurunan yang lebih dalam tertahan oleh kenaikan harga emas pada kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya yang dipicu oleh ketidakpastian global.
Menurut Budi, keberhasilan ini tidak lepas dari langkah strategis yang dijalankan TPID Kaltim dalam kerangka Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP). Berbagai program dilakukan untuk memastikan keterjangkauan harga, terutama beras yang sempat menjadi penyumbang inflasi. TPID bersama Bulog meningkatkan distribusi beras SPHP ke seluruh kabupaten/kota di Kaltim, sekaligus menggelar pasar murah untuk komoditas pangan bergejolak seperti cabai merah, cabai rawit, dan sayuran.
“Kami juga terus mendorong inovasi melalui Sistem Mekanisme Pengendalian Komoditas Utama atau MANDAU, yang dirancang untuk memantau pergerakan harga dan stok komoditas strategis secara lebih cepat dan akurat,” katanya.
Budi Widihartanto menekankan bahwa Bank Indonesia dan TPID tidak hanya bergerak dalam kondisi normal, tetapi juga tanggap menghadapi situasi darurat. Ketika kekeringan melanda Kabupaten Mahakam Ulu, TPID segera menyalurkan beras Cadangan Pangan Pemerintah sebagai bentuk respons cepat untuk menjaga ketersediaan pangan di wilayah terdampak.
Ia menambahkan bahwa pengendalian inflasi bukan sekadar menjaga angka tetap rendah, melainkan juga bagian penting dalam menjaga daya beli masyarakat.
“Stabilitas harga adalah kunci. Dengan harga yang terkendali, daya beli masyarakat terjaga, dan ini menjadi pondasi penting bagi pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur ke depan,” ujar Budi Widihartanto.
Ke depan, sinergi TPID bersama Bank Indonesia akan terus diperkuat melalui strategi 4K yaitu ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif.
Tidak hanya itu, Budi juga berharap pengendalian inflasi yang solid dapat mendorong tumbuhnya investasi sektor swasta sehingga mampu mendukung pertumbuhan ekonomi Kaltim yang lebih tinggi, inklusif, dan berkelanjutan.
“Kami optimistis inflasi Kaltim akan tetap terjaga rendah dan stabil, sekaligus memberikan fondasi kuat bagi terciptanya kesejahteraan masyarakat secara merata,” pungkasnya. (End)