UpdateIKN.com, Samarinda – Perekonomian Kalimantan Timur (Kaltim) pada triwulan II tahun 2025 mencatat kinerja yang positif, terutama didorong oleh peningkatan industri pengolahan dan membaiknya ekspor produk manufaktur.
Meski sejumlah sektor utama seperti pertambangan dan konstruksi masih menghadapi tantangan, kekuatan industri hilir dan pasar ekspor menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi daerah.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Timur (BI Kaltim), Budi Widihartanto, mengatakan bahwa pemulihan ekonomi Kaltim pada periode ini tidak terlepas dari peran signifikan sektor industri dan kinerja ekspor yang semakin membaik.
Menurutnya, peningkatan produksi pupuk, minyak sawit mentah (CPO), serta bahan kimia menunjukkan tren positif yang menandakan transformasi struktur ekonomi daerah mulai terlihat hasilnya.
“Pertumbuhan industri pupuk, CPO, dan bahan kimia menjadi bukti bahwa ekonomi Kaltim mulai beralih dari ketergantungan pada komoditas mentah menuju hilirisasi. Ini adalah langkah penting untuk memperkuat fondasi ekonomi jangka panjang,” ujarnya baru-baru ini saat kegiatan Capacity Building Wartawan Kaltim 2025.
Meski begitu, sektor pertambangan masih mengalami kontraksi akibat melemahnya permintaan batu bara dari negara mitra utama. Stok batu bara yang melimpah di pasar global, khususnya di Tiongkok, menahan permintaan sehingga berdampak pada kinerja ekspor komoditas tersebut.
Di sisi lain, lanjut dia, kinerja sektor konstruksi juga tertahan akibat penurunan pagu anggaran pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) tahun 2025 yang lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini tercermin dari nilai proyek konstruksi yang tercatat mengalami kontraksi hingga 41,49 persen secara tahunan.
Aktivitas perdagangan dan konsumsi rumah tangga turut melambat seiring normalisasi pasca periode Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idul Fitri di triwulan sebelumnya. Berdasarkan hasil survei Bank Indonesia, Indeks Penjualan Riil turun dari 134,9 menjadi 130,6, sedangkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) juga melemah dari 151,67 menjadi 146,75. Meski demikian, sektor pertanian tetap menjadi penopang pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan produksi tandan buah segar (TBS) akibat curah hujan yang optimal serta panen hortikultura seperti cabai yang berlangsung baik.
Dari sisi pengeluaran, kinerja ekspor menunjukkan tren yang kuat. Nilai ekspor pupuk tumbuh 14,46 persen secara tahunan, sementara ekspor CPO juga membaik dari kontraksi 42 persen pada triwulan I menjadi hanya 7,02 persen di triwulan II. Ekspor bahan kimia organik dan ferronickel turut memberikan kontribusi positif terhadap total ekspor Kaltim. Sebaliknya, investasi mengalami perlambatan akibat efisiensi anggaran pasca terbitnya Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2025, serta menurunnya investasi asing langsung (PMA) yang terkontraksi hingga 10,90 persen.
Konsumsi pemerintah pun mengalami penurunan akibat pergeseran periode penyaluran Tunjangan Hari Raya (THR), yang pada 2025 mayoritas dilakukan pada triwulan I. Selain itu, impor juga melambat karena turunnya permintaan barang konsumsi. Impor migas tercatat melambat dari 26,3 persen menjadi 8,03 persen, sementara impor non-migas turun dari 10,66 persen menjadi 2,73 persen.
Meskipun sejumlah tantangan masih membayangi, Bank Indonesia menilai fundamental ekonomi Kalimantan Timur tetap kuat. Perbaikan pada sektor industri pengolahan dan ekspor menunjukkan arah transformasi ekonomi yang lebih berkelanjutan.
“Transformasi melalui hilirisasi industri harus terus didorong agar Kaltim tidak lagi hanya mengandalkan komoditas mentah. Langkah ini akan memperkuat daya saing dan posisi kita dalam rantai pasok global,” tutup Budi Widihartanto. (End)