Gubernur Rudi Mas’ud Ungkap Kasus Stunting dan TBC Kaltim Masih Tinggi

UpdateIKN.com, Samarinda – Kalimantan Timur (Kaltim) masih menghadapi tantangan besar dalam sektor kesehatan dan pendidikan.
Gubernur Kaltim, Rudi Mas’ud, menyoroti tingginya angka stunting, rendahnya tingkat pendidikan, serta prevalensi Tuberkulosis (TBC) yang cukup mengkhawatirkan.
Menurutnya, masalah ini harus menjadi perhatian bersama agar generasi mendatang dapat tumbuh sehat dan berkualitas.
“Stunting kita masih tinggi, pendidikan masih rendah, dan tingkat TBC juga cukup mengkhawatirkan. Berdasarkan data, sekitar 30 persen masyarakat Kaltim mengidap TBC. Ini tugas kita bersama untuk meminimalisir kasus ini,” ujar Rudi Mas’ud pada acara Pisah Sambut Pj Gubernur Kaltim dan Gubernur-Wakil Gubernur Kaltim, Jumat (7/3/2025).
Dikatakannya, stunting masih menjadi permasalahan serius di Kaltim. Meskipun angka stunting mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir, prevalensinya masih tergolong tinggi dibandingkan target nasional.
Pemerintah Provinsi Kaltim terus menggencarkan berbagai program, seperti edukasi gizi bagi ibu hamil, pemberian makanan tambahan untuk balita, serta pemantauan kesehatan melalui Posyandu.
Menurut dia, salah satu faktor utama penyebab stunting adalah rendahnya tingkat pendidikan ibu. Banyak keluarga yang belum memahami pentingnya asupan gizi sejak masa kehamilan dan awal pertumbuhan anak.
Oleh karena itu, selain bantuan pangan dan layanan kesehatan, peningkatan literasi gizi menjadi kunci utama dalam upaya penurunan stunting di Kaltim.
Selain stunting, angka kasus TBC juga menjadi perhatian khusus. Dengan tingkat infeksi mencapai sekitar 30 persen di Kaltim, penyakit menular ini menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat.
“Menurut Kepala Dinas Kesehatan, pengobatan TBC membutuhkan waktu minimal sembilan bulan sampai setahun, agar pasien benar-benar sembuh,” ujarnya.
Gubernur Rudi Mas’ud menegaskan, penanganan stunting dan TBC memerlukan sinergi dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah, tenaga kesehatan, akademisi, hingga masyarakat luas.
“Kita harus bergerak bersama. Tidak bisa hanya mengandalkan satu pihak saja. Pendidikan, kesehatan, dan kesadaran masyarakat harus berjalan seiring, agar kita bisa mengatasi masalah ini secara menyeluruh di Kaltim,” imbuhnya. (End)