UpdateIKN.com, Samarinda – Perekonomian Kalimantan Timur (Kaltim) diproyeksikan tumbuh sebesar 5,35 persen pada 2025, melampaui proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional yang berkisar di angka 5,1 hingga 5,5 persen.
Meski mencatatkan perkembangan positif, Kaltim menghadapi tantangan besar dalam menjaga stabilitas pasokan pangan, terutama di tengah meningkatnya kebutuhan akibat pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).
Hal ini disampaikan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Kaltim, M. Syaibani saat Penyerahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dan Buku Alokasi Transfer ke Daerah (TKD) tahun 2025 dilakukan di Odah Etam, Kompleks Kantor Gubernur Kaltim, Selasa (17/12/2024).
Syaibani menyampaikan, APBN 2025 dirancang untuk menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan keberlanjutan.
“APBN Indonesia mampu menjaga keseimbangan antara kemajuan pertumbuhan ekonomi, pemerataan, dan stabilitas. Hal ini menjadi kunci dalam menghadapi berbagai tantangan ekonomi di tingkat nasional dan daerah,” ujarnya.
Dikatakannya, sepanjang triwulan III 2024, perekonomian Kaltim berhasil tumbuh di angka 6,21 persen, lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional. Namun, proyeksi tahun 2025 mematok angka yang lebih realistis, yakni sebesar 5,35 persen.
Pertumbuhan ekonomi Kaltim hingga kini masih didominasi oleh sektor industri ekstraktif, terutama tambang batu bara dan perkebunan kelapa sawit.
Meski berkontribusi signifikan terhadap penerimaan daerah, Syaibani menyebut, ketergantungan terhadap dua sektor ini menimbulkan risiko serius, seperti kerusakan lingkungan dan ketidakpastian harga global.
Dia menegaskan pentingnya diversifikasi ekonomi sebagai langkah jangka panjang untuk menjaga keberlanjutan pertumbuhan.
“Ke depan, kita harus mulai mengurangi ketergantungan pada sektor industri ekstraktif. Diversifikasi ekonomi Kaltim menjadi kunci untuk memastikan pertumbuhan yang lebih inklusif dan berkelanjutan, terutama dengan memanfaatkan sumber daya alam secara bijak,” ujarnya.
Pembangunan IKN di Kaltim turut membawa tantangan baru, terutama dalam menjaga ketersediaan pasokan pangan. Lonjakan kebutuhan pangan akibat pertumbuhan populasi dan pembangunan fisik menjadi tantangan yang harus diantisipasi melalui penguatan sektor pertanian lokal dan distribusi yang efisien.
“Untuk menjaga stabilitas harga pangan dan mengendalikan inflasi, kita harus memperkuat produksi lokal. Pengembangan sektor pertanian, peningkatan produktivitas, serta distribusi yang lebih efisien sangat penting untuk mengantisipasi lonjakan kebutuhan di masa depan,” katanya.
Penguatan ketahanan pangan ini juga menjadi langkah strategis untuk memastikan stabilitas ekonomi daerah di tengah masifnya pembangunan IKN. Dengan memperkuat produksi pangan lokal, Kalimantan Timur dapat meminimalisir ketergantungan terhadap pasokan dari luar daerah, sekaligus menekan risiko lonjakan inflasi.
Upaya menjaga momentum pertumbuhan ekonomi Kaltim tidak hanya bergantung pada sektor tambang dan perkebunan, tetapi juga pada sektor-sektor baru yang potensial. Pengembangan ekonomi kreatif, pariwisata, dan industri berbasis teknologi menjadi agenda penting yang harus didorong dalam beberapa tahun ke depan.
Kepala Kanwil DJPb Kaltim, M. Syaibani, menegaskan, pemerintah daerah harus mampu merespons tantangan ini dengan kebijakan yang inovatif dan berkelanjutan.
“Kebijakan fiskal dan ekonomi yang tepat akan membantu menjaga momentum pertumbuhan. Dengan sinergi yang kuat, Kaltim akan mampu menghadapi tantangan pembangunan IKN dan menjaga stabilitas ekonomi,” tutupnya. (End)