UpdateIKN.com, Balikpapan – Pembangunan IKN memberi peluang revitalisasi dan memulihkan ekosistem yang telah hilang akibat ekstraksi sumber daya alam yang massif sebelumnya di Kalimantan Timur.

Salah satu solusi yang dapat diterapkan untuk membangun IKN ialah menerapkan konsep Nature-based Solutions (NbS) dalam pengelolaan air. NbS secara umum mengupayakan hadirnya proses sealami mungkin, guna menjaga ketersediaan dan kualitas air serta mengurangi risiko bencana terkait air dan perubahan iklim.

Memanfaatkan kekuatan alam dan menerapkan NbS juga berpotensi bagi masyarakat sekitar dari menciptakan peluang kerja hingga mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif.

Untuk itu, Otorita IKN telah menyelenggarakan kick-off meeting dari proyek scoping study pengembangan Solusi Berbasis Alam atau Nature-based Solutions (NbS) dalam pengelolaan air.

IKN bertujuan membangun kota spons atau Sponge City, sehingga model pengelolaan air berbasis alam sangat penting. Studi ini didukung oleh Pemerintah Belanda melalui Asian Development Bank dan dilaksanakan oleh Ramboll, Deltares, dan Pusat Studi Urban Desain (PSUD).

Kegiatan dibuka Deputi Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam, Myrna Safitri.

“Pertemuan ini bermaksud menjaring masukan untuk penajaman lingkup studi yang akan dilaksanakan oleh para konsultan. Studi ini bertujuan mengidentifikasi kegiatan yang dibutuhkan untuk melaksanakan NbS guna menjadikan IKN sebagai kota yang resilien, ” ujarnya, Rabu (6/9/2023).

Mewakili Pemerintah Belanda, Ivo van der Linden, menyatakan Pemerintah Belanda senang dapat mendukung proyek ini melalui Asian Development Bank. Pengelolaan air sangat terkait dengan perubahan iklim sehingga solusi berbasis alam sangat diperlukan.

Joris van Etten dari ADB menambahkan bahwa proyek ini merupakan satu diantara beberapa proyek yang telah didukung ADB untuk mewujudkan smart sustainable forest city di IKN.

“Solusi berbasis alam akan meningkatkan resiliensi kota, ” ujarnya.

Dalam kesempatan ini, Deputi Perencanaan dan Pertanahan, Mia Amalia kembali menegaskan, untuk mengimplementasikan Sponge City di IKN, perlu keterkaitan seluruh ruang biru seperti embung dan riparian. Badan air harus dijaga tetap sehat dan berfungsi baik karena dapat berpengaruh juga pada kehidupan liar.

Menambahkan hal tersebut, Silvia Halim selaku Deputi Sarana dan Prasarana menyatakan, bahwa tantangan terbesar dalam studi ini adalah memberikan solusi praktis apabila terdapat gap antara perencanaan dengan implementasi pembangunan yang telah berlangsung saat ini.

Dukungan pelaksanaan konsep NBS juga disampaikan oleh perwakilan instansi yang hadir dalam rapat tersebut.

“Kami senang dan akan mendukung konsep NbS ini. Kami siap mendukung dan membantu memberikan data teknis yang dibutuhkan untuk pengembangan NbS di IKN,” demikian disampaikan oleh Indrasto mewakili Balai Wilayah Sungai Kalimantan IV, Kementerian PUPR.

Direktur Pengembangan Pemanfaatan Kehutanan dan Sumber Daya Air, Pungky Widiaryanto, selaku moderator dalam diskusi, menambahkan bahwa konsep NbS telah digunakan dalam perencanaan IKN untuk menjadikan pembangunan selaras dengan alam.

“Dengan adanya pengembangan NbS ini, diharapkan dapat mewujudkan IKN sebagai forest city dan sponge city, ” imbuhnya. (**/MJ)

Iklan