UpdateIKN.com, Samarinda – Inflasi Kalimantan Timur (Kaltim) pada September 2024 mengalami peningkatan sebesar 0,696 persen secara bulanan (mtm) dan 2,1696 persen secara tahunan (yoy).
Kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) ini sejalan dengan tren peningkatan sejak Mei 2024 dan dipengaruhi oleh tingginya permintaan ekonomi yang didorong oleh penyelenggaraan event nasional serta aktivitas Meeting, Incentive, Conference, and Exhibition (MICE) di Kaltim. Gangguan distribusi akibat anomali cuaca juga turut mempengaruhi inflasi di sektor pangan.
Budi Widihartanto, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Timur, mengatakan, meskipun inflasi Kaltim sedikit lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional sebesar 1,846 persen (yoy), namun tekanan tersebut masih dalam batas target yang telah ditetapkan.
Kelompok makanan, minuman, dan tembakau menjadi penyumbang utama inflasi dengan andil 0,1096 persen. Komoditas seperti ikan layang, ikan tongkol, kangkung, udang basah, dan bayam mengalami lonjakan harga akibat cuaca buruk yang mengganggu distribusi dan produksi.
Namun, peningkatan inflasi ini berhasil ditahan oleh sektor transportasi yang mencatatkan penurunan andil inflasi sebesar -0,08 persen. Penurunan ini disebabkan oleh normalisasi harga tiket angkutan udara pasca Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN). Dengan demikian, inflasi Kaltim pada periode ini masih berada dalam koridor inflasi nasional dan diharapkan tetap stabil ke depan.
Upaya pengendalian inflasi terus digencarkan oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) se-Kaltim melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).
“Salah satu strategi yang dijalankan adalah penyaluran beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) ke kios-kios penyeimbang inflasi di Pasar Segiri dan Pasar Merdeka, serta pelaksanaan operasi pasar murah di beberapa kota, termasuk Samarinda dan Bontang,” terang Budi Widihartanto.
Selain itu, TPID juga berfokus pada penguatan sektor hulu dengan memberikan bantuan sarana dan prasarana tani kepada kelompok tani di Samarinda dan Kutai Kartanegara.
Bantuan ini diharapkan dapat meningkatkan produksi pangan lokal dan menjaga stabilitas pasokan. Program pasar murah terus dilaksanakan di beberapa wilayah Kaltim, seperti Samarinda, Bontang, Kutai Timur, Paser, Berau, dan Penajam Paser Utara, guna menjaga keterjangkauan harga di tingkat konsumen.
Dalam upaya memastikan kelancaran distribusi pangan, TPID memberikan subsidi ongkos angkut untuk kegiatan pasar murah. Selain itu, TPID juga mengintensifkan komunikasi antar wilayah melalui rapat koordinasi, yang dilakukan untuk merespons Early Warning System (EWS) terkait tekanan inflasi di beberapa daerah.
Hasil rapat koordinasi TPID pada September 2024 di Mahakam Ulu, misalnya, menekankan pentingnya langkah konkret dalam mengendalikan inflasi, khususnya di Samarinda dan Berau.
Dengan langkah-langkah tersebut, inflasi Kaltim diharapkan dapat terus terkendali dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di daerah ini.
“Ke depan, TPID Provinsi Kaltim akan terus berkolaborasi untuk memastikan inflasi tetap stabil melalui strategi 4K, yakni keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif,” katanya.
Inflasi yang terkendali akan menjadi momentum penting dalam menjaga daya beli masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur. (**/Par)