Ekonomi Kaltim Triwulan I 2025 Melambat, BI Kaltim Soroti Kinerja Tambang dan Konstruksi

UpdateIKN.com, Samarinda – Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur (Kaltim) pada triwulan I 2025 mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Fenomena ini sejalan dengan tren perlambatan ekonomi yang juga terjadi di tingkat nasional dan regional Kalimantan.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Kaltim, Budi Widihartanto, menyampaikan bahwa kinerja ekonomi Kaltim di awal tahun 2025 masih ditopang oleh industri pengolahan dan sektor perdagangan dari sisi lapangan usaha (LU), serta oleh net ekspor dan konsumsi rumah tangga dari sisi pengeluaran.
“Meskipun terjadi perlambatan, sektor industri pengolahan dan perdagangan tetap menunjukkan peran penting dalam menopang pertumbuhan ekonomi Kaltim,” katanya pada acara Temu Media yang digagas oleh Kantor Perwakilan BI Kaltim, Selasa (1/7/2025).
Perlambatan ekonomi Kaltim terutama disebabkan oleh tertahannya kinerja sektor pertambangan dan konstruksi, serta komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB), ekspor dan impor.
Menurut Budi, produksi batubara yang menjadi tulang punggung ekonomi Kaltim, mengalami kontraksi sebesar 18,9 persen (yoy) akibat tingginya curah hujan yang mengganggu aktivitas pertambangan. Dampaknya juga terlihat pada volume ekspor luar negeri batubara yang menurun tajam sebesar 17,90 persen.
Sementara itu, sektor konstruksi turut melambat seiring penurunan anggaran pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) dari Rp40,9 triliun pada 2024 menjadi Rp22 triliun di tahun 2025. Hal ini berdampak pada penurunan pengadaan semen sebesar 36,9 persen, mencerminkan aktivitas pembangunan yang melambat meski sejumlah infrastruktur dasar telah rampung.
Berbeda dengan tambang dan konstruksi, sektor industri pengolahan menunjukkan tren positif. Volume ekspor bahan kimia anorganik meningkat dari 375 ribu ton menjadi 410 ribu ton, didorong oleh permintaan dari sektor manufaktur. Selain itu, produksi pupuk subsidi juga meningkat, sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam mencapai swasembada pangan nasional.
Kinerja sektor pertanian juga mengalami peningkatan, terutama pada komoditas jagung dan beras, akibat pergeseran musim panen dari triwulan II ke triwulan I. Hal ini memperkuat kontribusi sektor pertanian dalam menjaga stabilitas ekonomi daerah.
Sektor perdagangan turut mencatat pertumbuhan, didorong oleh penyaluran Tunjangan Hari Raya (THR) tahun 2025 yang terfokus di triwulan I, berbeda dari tahun sebelumnya yang terbagi antara triwulan I dan II. Kondisi ini meningkatkan daya beli masyarakat di awal tahun.
Secara spasial, pertumbuhan ekonomi tertinggi tercatat di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), didorong oleh geliat pembangunan IKN dan sektor pertambangan yang menjadi LU dengan pangsa besar di wilayah tersebut. Namun, kontribusi ekonomi terbesar secara keseluruhan masih berasal dari Kutai Kartanegara (Kukar) dan Kutai Timur, yang menjadi basis korporasi pertambangan nasional.
“Meski PPU mencatat pertumbuhan tertinggi, porsi terbesar dalam kontribusi ekonomi tetap berasal dari Kukar dan Kutim berkat peran aktif perusahaan-perusahaan tambang,” tutup Budi Widihartanto. (End)