UpdateIKN.com, Samarinda  – Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Timur (KPw BI Kaltim) menggelar Temu Responden 2025 dengan tema “Mendorong Potensi Ekspor Kaltim melalui Pemanfaatan Perjanjian Kerja Sama Perdagangan Internasional”.

Acara yang berlangsung di Ruang Maratua, Lantai 4 KPw BI Kaltim pada Selasa (12/8/2025) ini menjadi langkah strategis memperkuat kerja sama antara Bank Indonesia dan para pelaku usaha di Kaltim.

Acara dibuka oleh Kepala Perwakilan BI Kaltim, Budi Widihartanto, yang dihadiri 160 tamu undangan dari instansi vertikal, OPD, akademisi, dan korporasi responden liaison.

Dalam sambutannya, Budi Widihartanto menegaskan bahwa Temu Responden adalah forum strategis tahunan untuk bertukar pikiran mengenai isu perekonomian terkini, memetakan peluang pasar, dan merumuskan langkah konkret penguatan daya saing ekspor Kaltim.

“Kami memandang para responden bukan hanya sebagai sumber data, tetapi sebagai mitra strategis dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Kaltim. Kolaborasi yang erat akan membantu kita mengidentifikasi tren, merespons tantangan global, dan memaksimalkan potensi perdagangan internasional,” ujarnya.

Budi juga menyoroti pentingnya memanfaatkan peluang dari perjanjian perdagangan internasional untuk memperluas pasar, mengurangi ketergantungan pada komoditas tertentu, dan mempercepat diversifikasi ekonomi. Ia mendorong penguatan industri pengolahan agar nilai tambah produk ekspor meningkat dan tidak hanya bergantung pada bahan mentah.

“Ke depan, kita harus lebih agresif memanfaatkan fasilitas Local Currency Settlement, mengoptimalkan perjanjian bilateral dan multilateral, serta mendorong pelaku usaha mengincar pasar non-tradisional. Hal ini akan memperkuat daya saing dan menjaga ketahanan ekonomi daerah,” katanya.

Pertumbuhan ekonomi Kaltim periode 2023–2024 tercatat lebih tinggi dibandingkan nasional dan regional Kalimantan, didorong oleh pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN). Meski pada triwulan II 2025 pertumbuhan sedikit di bawah rata-rata nasional, capaian ini tetap meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, dengan sektor industri pengolahan, pertanian, dan ekspor menjadi pendorong utama.

Industri pengolahan, khususnya pupuk, Crude Palm Oil (CPO), dan bahan kimia, mencatat kinerja positif berkat peningkatan ekspor. Pertanian juga mengalami kenaikan berkat panen hortikultura dan produksi tandan buah segar (TBS) yang meningkat karena curah hujan optimal.

Namun, sektor pertambangan dan konstruksi tertekan akibat melambatnya permintaan batu bara dari mitra dagang utama dan progres pembangunan IKN yang sedikit tertahan.

Kontribusi ekspor terhadap PDRB Kaltim mencapai sekitar 40 persen, dengan batu bara menyumbang lebih dari 60 persen total ekspor. Tiongkok menjadi pasar utama, disusul India. Secara nasional, Kaltim menempati peringkat kelima ekspor non-migas dan peringkat ketiga ekspor migas dari 38 provinsi di Indonesia.

Namun, tantangan global membayangi. Kebijakan proteksionisme Amerika Serikat dan penurunan Prompt Manufacturing Index (PMI) menurunkan permintaan energi. Pergeseran menuju energi baru terbarukan (EBT) dan target Net Zero Emission juga diperkirakan akan menekan permintaan batu bara, termasuk di pasar utama seperti Tiongkok dan India. Proyeksi International Energy Agency (IEA) bahkan memperkirakan penurunan ekspor batu bara termal hingga 2026.

Untuk menjawab tantangan tersebut, acara ini menghadirkan tiga narasumber utama:

1. Fithra Faisal Hastiadi – Ekonom dan akademisi FEB Universitas Indonesia, memaparkan potensi ekspor Kalimantan secara komprehensif.

2. Heny Rusmiyati – Negosiator Perdagangan Ahli Madya Direktorat Perundingan Bilateral Kementerian Perdagangan, menjelaskan strategi optimalisasi perjanjian perdagangan internasional guna memperluas pasar ekspor Kaltim.

3. Veny Tamarind – Analis Senior Departemen Internasional BI, menguraikan sinergi kebijakan dan pemanfaatan Local Currency Settlement (LCS) untuk mendorong ekspor.

Dengan strategi tepat, pemanfaatan perjanjian perdagangan internasional, penguatan sektor industri pengolahan, dan eksplorasi pasar baru, Bank Indonesia Kaltim optimistis potensi ekspor daerah ini dapat terus berkembang meski menghadapi tekanan global.

“Kaltim memiliki modal kuat untuk bersaing di pasar global. Tantangan akan selalu ada, tetapi dengan kolaborasi, inovasi, dan pemanfaatan peluang internasional, kita bisa menjaga pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” tutup Budi Widihartanto. (Putri/Par)

Iklan