BI Dorong Pertumbuhan Ekonomi Lewat Penurunan Suku Bunga dan Injeksi Likuiditas

UpdateIKN.com, Batam – Bank Indonesia (BI) terus memperkuat langkahnya dalam menjaga stabilitas ekonomi sekaligus mendorong pertumbuhan nasional.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kalimantan Timur (BI Kaltim), Budi Widihartanto, menegaskan bahwa arah kebijakan moneter saat ini tidak hanya fokus pada kestabilan (pro-stability) tetapi juga pada pertumbuhan (pro-growth).
“Kebijakan BI saat ini berada di posisi pro-stability dan pro-growth. Artinya, kami tetap menjaga stabilitas ekonomi, namun pada saat yang sama juga mendukung pertumbuhan,” ujarnya pada kegiatan Capacity Building Wartawan Kaltim 2025 di Batam, Jumat (26/9/2025).
Salah satu langkah nyata yang dilakukan adalah melalui penurunan suku bunga acuan (BI Rate). Setelah sempat berada di level 6,25 persen pada April 2024, BI telah memangkas suku bunga secara bertahap hingga mencapai 4,75 persen saat ini. Penurunan sekitar 150 basis poin ini menjadi sinyal kuat bahwa BI ingin memberikan ruang lebih besar bagi perbankan untuk menyalurkan kredit ke sektor riil.
“Penurunan suku bunga ini merupakan bagian dari strategi kami untuk menginjeksi likuiditas ke perbankan agar penyaluran pembiayaan ke sektor produktif dapat meningkat,” terangnya.
Selain itu, BI juga melonggarkan kebijakan makroprudensial dengan memberikan peluang pengurangan Giro Wajib Minimum (GWM) hingga 5 persen. Kebijakan ini memberikan ruang tambahan likuiditas yang dapat dialirkan ke sektor-sektor prioritas seperti pembangunan infrastruktur, penciptaan lapangan kerja, proyek strategis pemerintah, serta pengembangan UMKM, ekonomi syariah, dan ekonomi digital.
“Dengan langkah ini, kami berharap sektor-sektor prioritas dapat tumbuh lebih cepat dan memberi dampak langsung terhadap peningkatan ekonomi masyarakat,” kata Budi Widihartanto.
Di sisi lain, BI tetap konsisten menjaga stabilitas ekonomi makro. Nilai tukar rupiah terus diarahkan agar sesuai dengan fundamentalnya, sementara tingkat inflasi dijaga stabil pada kisaran 2,5 persen ±1 persen. Dengan kondisi tersebut, iklim investasi dan usaha diyakini akan semakin kondusif.
“Stabilitas harga dan nilai tukar tetap menjadi prioritas. Namun di saat yang sama, pertumbuhan ekonomi juga harus terus dipacu,” tegas Budi Widihartanto.
Melalui kombinasi kebijakan yang pro-growth dan pro-stability ini, BI optimistis dapat menjaga momentum pemulihan ekonomi nasional, mendorong penciptaan lapangan kerja, serta memperkuat daya saing ekonomi Indonesia di tengah tantangan global. (End)