UpdateIKN.com, Samarinda   – Samarinda sedang berbenah. Deretan proyek besar seperti Pasar Pagi 8 Lantai, Terowongan Samarinda, hingga Teras Samarinda mengubah wajah kota. Namun di balik pembangunan itu, masih banyak warga yang hidup dalam ketimpangan layanan dasar.

Anhar, anggota DPRD Kota Samarinda, menyampaikan keprihatinannya atas arah pembangunan yang menurutnya lebih mengedepankan proyek-proyek prestisius dibanding memenuhi kebutuhan esensial warga, seperti akses air bersih, listrik yang stabil, dan jalan lingkungan yang layak.

“Bayangkan, warga di Kelurahan Bukuan belum pernah menikmati air PDAM sejak tahun 1990-an. Tapi kita bicara soal proyek triliunan. Ini realitas yang timpang,” ujar Anhar belum lama ini.

Bagi sebagian warga, keberhasilan pemerintah diukur dari seberapa mudah mereka mendapatkan air untuk mandi, listrik yang tidak padam mendadak, atau jalan lingkungan yang bisa dilalui anak-anak saat berangkat sekolah.

Namun saat pembangunan diarahkan pada gedung-gedung tinggi dan terowongan canggih, persoalan dasar ini justru terpinggirkan.

“Apakah pembangunan hanya untuk difoto dan dipamerkan? Kita butuh pembangunan yang menyentuh langsung kebutuhan hidup sehari-hari masyarakat,” kata Anhar.

Proyek revitalisasi Pasar Pagi menjadi salah satu sorotan. Anhar menyarankan agar proyek ini tidak hanya dikaji dari sisi estetika bangunan, tetapi juga dampak ekonomi riil bagi pedagang dan pembeli.

“Kita tidak ingin pasar megah tapi kosong. Rugi anggaran, rugi kepercayaan publik,” katanya.

Anhar mengajak Pemkot Samarinda untuk melakukan reorientasi pembangunan, dari proyek-proyek mercusuar menuju pembangunan yang bersifat inklusif dan menyeluruh. Ia menekankan pentingnya mendahulukan sektor-sektor yang langsung memengaruhi kualitas hidup warga.

“Air bersih, listrik, drainase, sekolah dan puskesmas dengan fasilitas memadai itu semua adalah pondasi kesejahteraan. Bangunan megah tak ada artinya jika rakyatnya hidup dalam kekurangan,” pungkasnya. (Putri/ADV)

Iklan