UpdateIKN.com, Samarinda – Tingginya angka kasus kekerasan anak di lingkungan satuan pendidikan di Kota Samarinda, dipicu dengan tingginya kesadaran masyarakat untuk melaporkan kejadian tersebut.

Hal ini disampaikan Ketua Komisi IV DPRD Kota Samarinda, Sri Puji Astuti. Kata dia, dengan kesadaran untuk segera melapor kepada pihak terkait setiap ada kasus kekerasan adalah sikap yang baik, sehingga penanganan kasus segera dilakukan. Tentunya juga harus dibuat upaya-upaya pencegahan sejak dini.

“Sebenarnya kita lihat tingginya kasus kekerasan di Samarinda, artinya ini terlapor. Jadi, bagaimana dengan kota lain, apakah terlapor atau disembunyikan, hanya ingin mendapat predikat apa. Ini jadi sisi yang saya lihat hanya Kota Samarinda tinggi, padahal perkembangan zaman globalisasi sama,” ujarnya.

Puji Astuti menyebut, penyebab lain tingginya kasus kekerasan di Kota Samarinda karena Kota Samarinda terus menjadi kota yang berkembang.

“Dengan adanya kasus di Samarinda yang tinggi, karena kita menuju metropolitan. Ini adalah dampak negatif dari perkembangan suatu kota,” sebutnya.

Kata dia, sosialisasi dan edukasi perlu lebih digiatkan kepada seluruh masyarakat untuk mengantisipasi munculnya kasus kekerasan. Karena menurutnya, tindak kekerasan ini bisa saja terus bertambah.

“Yang penting adalah edukasi dan sosialisasi. Bagaimana mekanisme pelaporannya, karena di Samarinda ada 240 kasus di tahun 2023, mungkin 2024 akan meningkat lagi karena akan banyak yang terlapor. Masyarakat sudah tahu harus lapor ke mana ditangani siapa,” katanya.

Dia menambahkan, penangan kasus yang cepat, akan mempercepat proses penyelesaian.

“Kerja lintas sektor, saya kira Samarinda lebih bagus. Bukan karena kasus yang tinggi tapi bagaiman kasus yang tinggi, tapi bagaimana ini bisa ditangani dengan baik. Apalagi ada Satgas dan tim lain. Ini tentunya bisa mempercepat, yang penting bagaimana edukasi, sosialisasi pemahaman pada masyarakat dan orang tua, serta anak didik,” pungkasnya. (Putri/Adv)

Iklan