Inflasi Kaltim Terkendali, Pertumbuhan Ekonomi Terjaga

Kelompok makanan berkontribusi sumbang deflasi Kaltim sebesar 0,26 persen

UpdateIKN.com, Samarinda   – Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) berhasil menjaga inflasi dan stabilitas harga pangan di tengah kesibukan aktivitas pada Agustus 2024, termasuk perayaan kemerdekaan di Ibu Kota Nusantara (IKN).

Berdasarkan data dari Indeks Harga Konsumen (IHK) yang dirilis Bank Indonesia Perwakilan Kaltim, pada Agustus 2024, Kaltim mencatat deflasi sebesar 0,12 persen (mtm) dan inflasi sebesar 2,13 persen (yoy). Hal ini menunjukkan pengendalian inflasi yang lebih baik dibandingkan bulan sebelumnya, dengan deflasi yang tercatat sebesar 0,38 persen (mtm). Meskipun demikian, capaian tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan deflasi nasional yang hanya sebesar 0,03 persen (mtm).

Secara tahunan, inflasi IHK di Kaltim mencapai 2,13 persen, sedikit lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional yang tercatat sebesar 2,12 persen (yoy). Namun, keberhasilan Kaltim dalam menjaga stabilitas harga pangan menjadi momentum penting bagi pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kaltim, Budi Widihartanto, menyebutkan, pencapaian ini diharapkan dapat terus berlanjut hingga akhir tahun, meskipun ada tantangan dari peningkatan tekanan inflasi akibat berbagai acara lokal dan nasional.

Deflasi yang terjadi pada Juli 2024 terutama didorong oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan kontribusi deflasi sebesar 0,26 persen. Penurunan harga pada komoditas seperti ikan layang, daging ayam ras, bawang merah, tomat, dan kangkung menjadi faktor utama. Masa panen di Jawa Timur yang melimpah, serta menurunnya permintaan daging ayam pasca perayaan Iduladha turut memperkuat stabilitas harga di Kaltim.

Di sisi lain, deflasi lebih dalam berhasil ditahan oleh sektor transportasi dan pendidikan, yang dipengaruhi oleh kegiatan perayaan kemerdekaan di IKN dan dimulainya tahun ajaran baru.

Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) terus dilakukan oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) se-Kaltim untuk memastikan stabilitas harga pangan.

“Berbagai upaya pengendalian inflasi telah diterapkan, mulai dari peresmian kios pengendali inflasi di Pasar Rawa Indah, Kota Bontang, hingga penyaluran beras SPHP di Kios Penyeimbang Inflasi di Pasar Segiri dan Pasar Merdeka. Operasi pasar murah juga telah digelar di Kota Samarinda dan Kota Bontang untuk menjaga keterjangkauan harga bagi masyarakat,” terang Budi Widihartanto.

Tak hanya itu, kata dia, bantuan sarana dan prasarana tani telah disalurkan kepada kelompok tani di Kutai Kartanegara, sementara program digital farming diperkenalkan kepada petani di Berau. Pasar murah di berbagai daerah seperti Samarinda, Bontang, Kutai Kartanegara, hingga Penajam Paser Utara juga terus diadakan untuk memastikan harga tetap terjangkau.

“Subsidi ongkos angkut pada kegiatan pasar murah menjadi salah satu langkah penting dalam menjaga kelancaran distribusi pangan kita,” kata Budi Widihartanto.

Untuk menjaga komunikasi yang efektif dalam upaya pengendalian inflasi, TPID se-Kaltim terus melakukan rapat koordinasi. Salah satu langkah penting adalah melalui Rakorpusda pada 28 Agustus 2024 yang mengusung tema “Penguatan Infrastruktur dan Teknologi untuk Pengamanan Produksi dan Efisiensi Rantai Pasok Menuju Ketahanan Pangan Nasional.”

Keberhasilan Kaltim dalam menjaga inflasi tetap terkendali diharapkan dapat terus memberikan dorongan bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Dalam jangka panjang, kolaborasi antara TPID, pemerintah, dan masyarakat akan terus diperkuat melalui strategi 4K: keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif.

“Dengan pengendalian inflasi yang tepat, Kaltim dapat terus menciptakan stabilitas ekonomi yang mendukung kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan,” tutupnya. (**/Par)

Iklan