UpdateIKN.com, Samarinda – Revitalisasi Pasar Pagi yang dilakukan Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda diminta untuk dapat memperhatikan dampak sosial ke depan bagi pedagang pasar tersebut dan masyarakat.
“Sejak awal kami ingatkan, hal yang paling penting diperhatikan adalah dampak sosial ekonomi. Pastikan dampak sosial ekonominya harus positif,” ujar Anggota Komisi II DPRD Kota Samarinda, Abdul Rohim belum lama ini.
Menurutnya, ribuan pedagang Pasar Pagi yang dipindahkan ke sejumlah tempat yang sudah ditentukan, hendaknya juga menjadi perhatian Pemkot Samarinda.
“Sekarang dari proses yang terjadi, awalnya kami berhusnuzon bahwa segala sesuatu disiapkan, karena saat pertemuan dengan pedagang dari 2000 pedagang Pasar Pagi itu terkait pemindahan ke Plaza Samarinda, Segiri Grosir siap, jadi pikiran kami siap itu adalah siap tempat dan perputaran aktifitas ekonomi,” katanya.
Dia melanjutkan, dengan pemindahan pedagang-pedagang tersebut, pemerintah juga diminta untuk melakukan berbagai upaya untuk sosialisasi ataupun memberikan informasi kepada masyarakat. Dengan demikian, aktivitas perekonomian para pedagang tetap jalan, karena masyarakat tetap akan datang ke lokasi pasar yang baru.
“Artinya Pemkot tidak hanya siap memobilisasi pedagang dari Pasar Pagi ke tempat baru, tapi sudah menyiapkan mekanisme desain untuk memobilisasi pelanggan. Karena tidak mungkin ada sistem ekonomi kalau hanya ada pedagang,” katanya.
Pasca pemindahan ribuan pedagang Pasar Pagi ke lokasi baru, Abdul Rohim mengaku mendapatkan banyak fakta di lapangan. Seperti terjadi over kapasitas pedagang di Segiri Grosir. Sementara di Plaza Mulia tidak terjadi pemindahan.
“Cuma belakangan kita temukan ada fakta, ternyata Plaza Mulia tidak belum siap dipakai, sehingga sebagian pedagang harus di Segiri Grosir dan terjadi over load,” ujarnya.
Persoalan lain dari revitalisasi ini juga muncul, yakni adanya protes dari 48 pemilik ruko berstatus SHM di Pasar Pagi. Sehingga, Abdul Rohim menilai Pemkot belum siap.
“Beberapa waktu lalu muncul persoalan 48 SHM. Kami Komisi II menyimpulkan bahwa Pemkot belum siap merevitalisasi bersama dengan faktor yang mengikutinya,” tegasnya.
Kepala Dinas Perdagangan Kota Samarinda, Marnabas membantah pihaknya tidak siap dengan pemindahan para pedagang Pasar Pagi. Justru, kata dia, pihaknya telah melakukan desain sejak Maret 2023 silam dan telah berkomunikasi, serta berkoordinasi dengan para pedagang.
“Kalau dibilang kami tidak siap, kami bekerja mulai bulan Maret untuk mendesain bagaimana ini dan pemindahan ini. Hampir semua tempat kami sudah datangi, mulai Alaya, bandara dan sebagainya, meminta permintaan pedagang,” terangnya.
Marnabas menyebut, pihaknya sendiri sebelumnya telah mengusulkan beberapa tempat yang akan ditempati para pedagang. Namun beberapa tempat tersebut kurang diminati pedagang.
“Sebenarnya konsep itu sudah kami siapkan di Plaza Mulia, sudah siap kemudian saya sudah tawarkan Pasar Segiri, karena ada lapak 200 di pasar ayam, itu kita mau tempatkan di sana. Awalnya mereka menolak di Segiri Grosir, karena mereka mereka tidak tahu,” jelasnya lagi.
Terkait dengan Plaza Mulia, Marnabas mengatakan, justru pihaknya saat ini memiliki beban moril. Lantaran sudah melaksanakan kontrak kerjasama, namun pedagang enggan untuk pindah ke lokasi tersebut.
“Kita ajak ke sana mereka minta di sana, jadi sekarang kami punya beban moril dengan plaza, sekarang sudah ada MoU, tapi mereka tidak mau di sana, akhirnya jadi overload,” tandasnya. (Putri/Adv)